SOURCE CODE | TAMPILAN DI BROWSER |
---|---|
<!DOCTYPE html> <html> <body> <h1>My First Heading</h1> <p>My first paragraph.</p> </body> </html> |
Kode HTML
Atribut HTML
Atribut memberikan informasi tambahan tentang elemen HTML.
HTML Atribut
- Elemen HTML dapat memiliki atribut
- Atribut memberikan informasi tambahan tentang elemen
- Atribut selalu ditentukan dalam tag awal
- Atribut datang dalam pasangan nama / nilai seperti: "value" name =
Elemen HTML
Dokumen HTML didefinisikan oleh elemen HTML.
Sebuah elemen HTML adalah segalanya dari tag awal sampai akhir tag:
Tag awal | Elemen content | Tag akhir |
---|---|---|
<p> | Ini adalah sebuah paragraf | </ P> |
<a href="default.htm"> | Ini adalah link | </ A> |
<br> |
Dasar Dasar HTML
Contoh HTML
<!DOCTYPE html>
<html>
<body>
<h1>My First Heading</h1>
<p>My first paragraph.</p>
</body>
</html>
<html>
<body>
<h1>My First Heading</h1>
<p>My first paragraph.</p>
</body>
</html>
Kode HTML di atas jika ditampilkan dijendela browser akan tampak seperti Gambar 001
Menulis HTML Menggunakan Notepad
Menulis HTML Menggunakan Notepad atau TextEdit
HTML dapat diedit dengan menggunakan editor HTML profesional seperti:
Ikuti 4 langkah di bawah ini untuk membuat halaman web pertama Anda dengan Notepad.
HTML dapat diedit dengan menggunakan editor HTML profesional seperti:
- Adobe Dreamweaver
- Microsoft Expression
- Web CoffeeCup HTML Editor
Ikuti 4 langkah di bawah ini untuk membuat halaman web pertama Anda dengan Notepad.
Kode dan nama warna HTML
Diurutkan menurut Nama Warna
Sama daftar diurutkan oleh nilai-nilai hexWarna Nama | HEX | Warna | Shades | Mencampur |
---|---|---|---|---|
AliceBlue | # F0F8FF | Shades | Mencampur | |
AntiqueWhite | # FAEBD7 | Shades | Mencampur | |
Aqua | # 00FFFF | Shades | Mencampur | |
Aquamarine |
Beberapa Sifat Wanita Yang Didambakan Lelaki
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
1. Perhatikan apakah si Cewek kamu suka berlebihan di depan teman-temannya. Apakah dia suka memamerkan sesuatu yang ia punya? Orang yang suka pamer dan tidak sederhana menunjukan kalau si Cewek itu tidak percaya diri; ada kekurangan yang dia punya dan ingin menutupinya dengan memamerkan sesuatu yang lebih dari dia.
2. Mungkin ini
adalah hal yang biasa, tapi juga penting. Layaknya istri,
Apa Yang Harus Dilakukan Istri Pada Suaminya
Beberapa kewajiban yang harus dilakukan seorang istri pada
suaminya. Diantaranya :
1. Miliki Pengertian
Bila suami bermaksud mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga, maka istri harus memiliki pengertian. Artinya, apa yang didapat
Menjadi Istri Yang Baik
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
10 Cara menjadi istri yang baik
1. Menjaga kehormatan suami
Cara ini adalah peraturan pertama untuk menjadi istri yang baik. Sebab ketika suami melihat istri mau menjaga kehormatan pasangannya, suami akan semakin menghargai dan mencintai istrinya.
Cara ini adalah peraturan pertama untuk menjadi istri yang baik. Sebab ketika suami melihat istri mau menjaga kehormatan pasangannya, suami akan semakin menghargai dan mencintai istrinya.
Istri Buat Suaminya
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku
Bakti Istri Pada Suaminya
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, lalu Dia ciptakan darinya pasangannya.” (QS. An-Nisa`: 1)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
“Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, lalu Dia ciptakan darinya pasangannya.” (QS. An-Nisa`: 1)
Kenapa Badan Terasa Lelah Ketika Bangun Tidur
Anda mungkin
pernah mengalami kondisi tubuh yang begitu lelah ketika bangun di pagi hari.
Tidur seharusnya dapat memulihkan energi bukannya menyisakan efek kelelahan
ketika bangun. Jika hal ini terjadi, mungkin Anda melakukan kesalahan yang
dapat mempengaruhi pola tidur dan bangun tidur.
Berikut 7 alasan mengapa badan Anda merasa terlalu lelah ketika
Berikut 7 alasan mengapa badan Anda merasa terlalu lelah ketika
Wasiat Kepada Wanita
Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
وَاسْتَو صُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّـهُـنَّ خُلِقْـنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْـوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعٍ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَـبْتَ تُـقِيْمُهُ كَـسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَـمْ يَـزَلْ أَعْـوَجَ ، فَاسْتَـوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْـرًا .
"Berwasiatlah dengan baik terhadap wanita. Sebab wanita diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau (memaksa untuk) meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya (tetap dalam keadaan bengkok), maka ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah dengan baik terhadap wanita."
وَاسْتَو صُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا ، فَإِنَّـهُـنَّ خُلِقْـنَ مِنْ ضِلَعٍ ، وَإِنَّ أَعْـوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعٍ أَعْلاَهُ ، فَإِنْ ذَهَـبْتَ تُـقِيْمُهُ كَـسَرْتَهُ ، وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَـمْ يَـزَلْ أَعْـوَجَ ، فَاسْتَـوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْـرًا .
"Berwasiatlah dengan baik terhadap wanita. Sebab wanita diciptakan dari tulang rusuk dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau (memaksa untuk) meluruskannya, maka engkau akan mematahkannya. Dan jika engkau membiarkannya (tetap dalam keadaan bengkok), maka ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berwasiatlah dengan baik terhadap wanita."
— | Rasulullah shallAllahu ‘alaihi wa sallam [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 5186) dan Muslim (no. 1468 (60)), dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu] |
Wanita wajib baca . . . ! ! !
Saudara dan saudari kaum muslimin dan muslimat
Renungan
khususnya untuk para wanita …
Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat
Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah.
Lalu keduanya bertanya mengapa Rasulullah saw menangis. Beliau menjawab,
“Pada malam aku di-isra’- kan , aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.
Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. “Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih.
Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.
Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.
Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar,
beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang
rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,”kata Nabi saw.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka
disiksa seperti itu?
*Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya.
*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.
Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.
Renungan
khususnya untuk para wanita …
Sayidina Ali ra menceritakan suatu ketika melihat
Rasulullah saw menangis manakala ia datang bersama Fatimah.
Lalu keduanya bertanya mengapa Rasulullah saw menangis. Beliau menjawab,
“Pada malam aku di-isra’- kan , aku melihat perempuan-perempuan yang sedang disiksa dengan berbagai siksaan. Itulah sebabnya mengapa aku menangis. Karena, menyaksikan mereka yang sangat berat dan mengerikan siksanya.
Putri Rasulullah saw kemudian menanyakan apa yang dilihat ayahandanya. “Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otaknya mendidih.
Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dituangkan ke dalam tengkoraknya.
Aku lihat perempuan tergantung kedua kakinya dengan terikat tangannya sampai ke ubun-ubunnya, diulurkan ular dan kalajengking.
Dan aku lihat perempuan yang memakan badannya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Serta aku lihat perempuan yang bermuka hitam, memakan tali perutnya sendiri.
Aku lihat perempuan yang telinganya pekak dan matanya buta, dimasukkan ke dalam peti yang dibuat dari api neraka, otaknya keluar dari lubang hidung, badannya berbau busuk karena penyakit sopak dan kusta.
Aku lihat perempuan yang badannya seperti himar,
beribu-ribu kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang
rupanya seperti anjing, sedangkan api masuk melalui mulut dan keluar dari duburnya sementara malikat memukulnya dengan pentung dari api neraka,”kata Nabi saw.
Fatimah Az-Zahra kemudian menanyakan mengapa mereka
disiksa seperti itu?
*Rasulullah menjawab, “Wahai putriku, adapun mereka yang tergantung rambutnya hingga otaknya mendidih adalah wanita yang tidak menutup rambutnya sehingga terlihat oleh laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang digantung susunya adalah istri yang ‘mengotori’ tempat tidurnya.
*Perempuan yang tergantung kedua kakinya ialah perempuan yang tidak taat kepada suaminya, ia keluar rumah tanpa izin suaminya, dan perempuan yang tidak mau mandi suci dari haid dan nifas.
*Perempuan yang memakan badannya sendiri ialah karena ia berhias untuk lelaki yang bukan muhrimnya dan suka mengumpat orang lain.
*Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka karena ia memperkenalkan dirinya kepada orang yang kepada orang lain bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat laki-laki yang bukan muhrimnya.
*Perempuan yang diikat kedua kaki dan tangannya ke atas ubun-ubunnya diulurkan ular dan kalajengking padanya karena ia bisa shalat tapi tidak mengamalkannya dan tidak mau mandi junub.
*Perempuan yang kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah tukang umpat dan pendusta. Perempuan yang menyerupai anjing ialah perempuan yang suka memfitnah dan membenci suami.”Mendengar itu, Sayidina Ali dan Fatimah Az-Zahra pun turut menangis.
Dan inilah peringatan kepada kaum perempuan.
Sejarah Cirebon Part. 2
Asal
kota Cirebon ialah pada abad ke 14 di pantai utara Jawa Barat ada desa
nelayan kecil yang bernama Muara Jati yang terletak di lereng bukit
Amparan Jati. Muara Jati adalah pelabuhan nelayan kecil. Penguasa
kerajaan Galuh yang ibu kotanya Rajagaluh menempatkan seorang sebagai
pengurus pelabuhan atau syahbandar Ki Gedeng Tapa. Pelabuhan Muara Jati
banyak di singgahi kapal-kapal dagang dari luar di antaranya kapal Cina
yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat, yang di
perdagangkannya adalah garam, hasil pertanian dan terasi.
Kemudian Ki Gendeng Alang-alang mendirikan sebuah pemukiman di
lemahwungkuk yang letaknya kurang lebih 5 km, ke arah Selatan dari Muara
Jati. Karena banyak saudagar dan pedangan asing juga dari
daerah-daer5ah lain yang bermukim dan menetap maka daerah itu di namakan
Caruban yang berarti campuran kemudian berganti Cerbon kemudian menjadi
Cirebon hingga sekarang.
Raja Pajajaran Prabu Siliwanggi mengangkat Ki Gede Alang-alang
sebagai kepala pemukiman baru ini dengan gelar Kuwu Cerbon. Daerahnya
yang ada di bawah pengawasan Kuwu itu dibatasi oleh Kali Cipamali di
sebelah Timur, Cigugur (Kuningan) di sebelah Selatan, pengunungan
Kromong di sebelah Barat dan Junti (Indramayu) di sebelah Utara.
Setelah Ki Gedeng Alang-alang wafat kemudian digantikan oleh
menantunya yang bernama Walangsungsang putra Prabu Siliwanggi dari
Pajajaran. Walangsungsang ditunjuk dan diangkat sebagai Adipati Carbon
dengan gelar Cakrabumi. Kewajibannya adalah membawa upeti kepada Raja di
ibukota Rajagaluh yang berbentuk hasil bumi, akan tetapi setelah merasa
kuat meniadakan pengiriman upeti, akibatnya Raja mengirim bala tentara,
tetapi Cakrabumi berhasil mempertahankannya.
Kemudian Cakrabumi memproklamasikan kemerdekaannya dan mendirikan
kerajaan Cirebon dengan mamakai gelar Cakrabuana. Karena Cakrabuana
telah memeluk agama Islam dan pemerintahannya telah menandai mulainya
kerajaan kerajaan Islam Cirebon, tetapi masih tetap ada hubungan dengan
kerajaan Hindu Pajajaran.
Semenjak itu pelabuhan kecil Muara Jati menjadi besar, karena
bertambahnya lalu lintas dari dan ke arah pedalaman, menjual hasil
setempat sejauh daerah pedalaman Asia Tengara. Dari sinilah awal
berangkat nama Cirebon hingga menjadi kota besar sampai sekarang ini.
Pangeran Cakra Buana kemudian membangun Keraton Pakungwati sekitar
Tahun 1430 M, yang letaknya sekarang di dalam Komplek Keraton Kasepuhan
Cirebon.
Ringkasan.
Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.
Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.
Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh [[Pangeran Mas Mochammad Arifin II] (cicit
dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati
pada tahun 1506. Ia bersemayam di dalem Agung Pakungwati Cirebon.
Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I.
Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti
Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada
tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa
dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh
nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati
yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.
Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman
dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan
keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu
itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan
berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan
seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat
Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para
wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar — sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya.
Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di
sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya
merupakan model-model Keraton pada masa itu terutama yang terletak di
daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang, model
ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di Jawa yaitu di
depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya
terdapat masjid.
Sebelum memasuki gerbang komplek Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, lurah atau pada zaman sekarang disebut pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun.
Memasuki jalan kompleks Keraton di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan tembok bata kokoh disekelilingnya. Bangunan ini bernama Siti Inggil atau dalam bahasa Cirebon sehari-harinya adalah lemah duwur
yaitu tanah yang tinggi. Sesuai dengan namanya bangunan ini memang
tinggi dan nampak seperti kompleks candi pada zaman Majapahit. Bangunan
ini didirikan pada tahun 1529, pada masa pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Di pelataran depan Siti Inggil terdapat meja batu berbentuk segi
empat tempat bersantai. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang
dibuat pada tahun 1800-an. Siti Inggil memiliki dua gapura dengan motif
bentar bergaya arsitek zaman Majapahit. Di sebelah utara bernama Gapura Adi sedangkan di sebelah selatan bernama Gapura Banteng. Dibawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan Kuta Bata Tinata Banteng yang jika diartikan adalah tahun 1451.
saka yang merupakan tahun pembuatannya (1451 saka = 1529 M). Tembok
bagian utara komplek Siti Inggil masih asli sedangkan sebelah selatan
sudah pernah mengalami pemugaran/renovasi. Di dinding tembok kompleks
Siti Inggil terdapat piring-piring dan porslen-porslen yang berasal dari
Eropa dan negeri Cina dengan tahun pembuatan 1745 M. Di dalam kompleks
Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan
fungsi tersendiri. Bangunan utama yang terletak di tengah bernama Malang
Semirang dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman
dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang
melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini merupakan tempat
sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat pelaksanaan hukuman.
Bangunan di sebelah kiri bangunan utama bernama Pendawa Lima dengan
jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan
ini tempat para pengawal pribadi sultan.Bangunan di sebelah kanan
bangunan utama bernama Semar Tinandu dengan 2 buah tiang yang
melambangkan Dua Kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat
Sultan/Penghulu. Di belakang bangunan utama bernama Mande Pangiring yang
merupakan tempat para pengiring Sultan, sedangkan bangunan disebelah
mande pangiring adalah Mande Karasemen, tempat ini merupakan tempat
pengiring tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih
digunakan untuk membunyikan Gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini
hanya dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan
Idul Adha. Selain 5 bangunan tanpa dinding terdapat juga semacam tugu
batu yang bernama Lingga Yoni yang merupakan lambing dari kesuburan.
Lingga berarti laki-laki dan Yoni berarti perempuan. Bangunan ini
berasal dari budaya Hindu. Dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti
Inggil ini terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti
Inggil ini.
Keraton Kasepuhan Cirebon.
Pada masa awal didirikannya yang pertama kali dibangun adalah
bangunan Keraton Pakungwati I. Keraton Pakungwati dibangun menghadap ke
arah Laut Jawa dan membelakangi Gunung Ciremai. Bangunan ini terdapat
disebelah timur bangunan Keraton Pakungwati II.
Banyak sejarah penting yang tersimpan di dalam keraton ini, serta
benda peninggalan yang terdapat didalamnya seperti: sebuah tandu
berbentuk makhluk berkepala burung dan berbadan ikan. Hal ini
melambangkan “Setinggi-tingginya seorang pemimpin dalam kepemimpinannya
tetap harus mampu melihat dan menyelami keadaan setiap rakyat yang
berada dibawahnya”.
Rentetan perjalanan panjang dalam membangun sebuah pemerintahan pada
masa itu. Keraton Kasepuhan sebagai keraton yang pertama ada di Cirebon.
Hal ini menunjukan betapa besar peran serta pengaruh budaya Cirebon
dalam membangun ekonomi pada masa pemerintahan Kesultanan saat itu.
Keraton Kasepuhan memang saat ini tidak lagi memegang dan menjalankan tampuk pemerintahan di Cirebon
seperti pada masa Kesultanan. Namun sebagai peninggalan budaya, Keraton Kasepuhan memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam perjalanan panjangnya membangun budaya dan ekonomi Cirebon.
seperti pada masa Kesultanan. Namun sebagai peninggalan budaya, Keraton Kasepuhan memiliki arti dan peran yang sangat penting dalam perjalanan panjangnya membangun budaya dan ekonomi Cirebon.
Keraton Kanoman – Cirebon
Keraton Kanoman merupakan pusat peradaban Kesultanan di Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon.
Kebesaran Islam di Jawa Barat tidak lepas dari Cirebon. Sunan Gunung
Jati adalah orang yang bertanggung Jawab menyebarkan agama Islam di Jawa
Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok
Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Sunan Gunung Jati juga meninggalkan jejaknya yang hingga kini masih
berdiri tegak, jejak itu bernama Kraton Kanoman. Keraton Kanoman masih
taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan
tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah Idul Fitri dan berziarah ke makam
leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.
Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya
dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang
juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah.
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektar ini
berlokasi di belakang pasar Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas
yang bernama raja Muhammad Emiruddin berserta keluarga. Kraton Kanoman
merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari dua puluh tujuh bangunan
kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan
cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan sepakbola.
Di keraton ini masih terdapat barang barang Sunan Gunung Jati,
seperti dua kereta bernama Paksi Naga Liman dan Jempana yang masih
terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni hewan yang
dikendarai Nabi Muhammad ketika ia Isra Mi’raj. Tidak jauh dari kereta,
terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan
sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di
bagian tengah Kraton terdapat komplek bangunan bangunan bernama Siti
Hinggil.
Hal yang menarik dari Keraton di Cirebon adalah adanya piring-piring
porselen asli Tiongkok yang menjadi penghias dinding semua keraton di
Cirebon. Tak cuma di keraton, piring-piring keramik itu bertebaran
hampir di seluruh situs bersejarah di Cirebon. Dan yang tidak kalah
penting dari Keraton di Cirebon adalah keraton selalu menghadap ke
utara. Dan di halamannya ada patung macan sebagai lambang Prabu
Siliwangi. Di depan keraton selalu ada alun alun untuk rakyat berkumpul
dan pasar sebagai pusat perekonomian, di sebelah timur keraton selalu
ada masjid.
Menengok Koleksi Keraton Kanoman Cirebon.
Keraguan menyergap ketika mulai memasuki kawasan keraton. Lengang,
sepi. Di bagian luar, bangunan-bangunan seperti pagar yang menjadi
pembatas kawasan keraton, pintu gerbang, hingga bangsal paseban, tampak tak terawat. Rerumputan tumbuh meninggi di beberapa tempat di halaman.
Tak terbayangkan tempat itu menyimpan sejarah panjang tentang
kepahlawanan, juga syiar Islam, jika tidak menatap baik-baik bangunan
utama. Memang tidak sebesar bangunan-bangunan di Keraton Yogyakarta,
atau Surakarta, namun masih memancarkan kharisma tersendiri. Pagi itu,
di Bangsal Jinem, tempat yang dulu acap dipakai petinggi keraton
menerima tamu penting, sedang ada acara keluarga.
Rasa penasaran menggiring langkah merambahi halamannya yang teduh.
Memang tampak keistimewaan jika mengamati lebih teliti bangunan-bangunan
pagar maupun pintu gerbangnya. Pagar tembok maupun gerbangnya
berhiaskan piring-piring porselen yang cantik. Porselin-porselen asli
dari Negeri Tiongkok, kata Muhammad Rais (70), Lurah Kesultanan Kanoman,
pemandu tamu.
Daya tarik utama Keraton Kanoman baru bisa dinikmati ketika memasuki
museum yang terletak di sisi kanan bangunan utama. Di bangunan yang
tidak terlalu besar itu tersimpan peninggalan-peninggalan keraton, mulai
dari kereta kerajaan, peralatan rumah tangga, hingga senjata kerajaan.
Beberapa koleksi tampak tidak utuh. Perhatian langsung tertuju kepada
jajaran kereta. Paling menonjol adalah kereta Paksi Naga Liman. Kereta
itu, seperti tertera dalam keterangan, dibuat dari kayu sawo pada tahun
1350 Saka atau tahun 1428 Masehi oleh Pangeran Losari. Rais menyebutnya
sebagai kereta kebesaran Sunan Gunung Jati, leluhur Kesultanan Cirebon,
yang memerintah 1479 – 1568.
Pemberian nama itu berkaitan dengan pahatan kayu di bagian depan yang menggambarkan gabungan bentuk paksi (burung), naga, dan liman
(gajah) memegang senjata. Paduan bentuk itu melambangkan persatuan tiga
unsur kekuatan di darat, laut, udara, menyimbolkan keutuhan wilayah.
Keistimewaannya terletak pada bagian sayap patung yang bisa
membuka-menutup saat sedang berjalan, juga bentuk rodanya yang berbeda
dengan roda pedati biasa. Roda kereta dibuat cekung ke dalam. Rais
menjelaskan, konstruksi roda seperti itu sangat berguna jika melewati
jalanan berlumpur yang basah. Kotoran tidak akan menciprat mengotori
penumpangnya.
Nilai kebesarannya langsung terbayangkan ketika Rais menceritakan
kereta-kereta itu dulunya ditarik enam ekor kuda. Dengan bangga pula ia
menceritakan seorang insinyur Eropa pernah secara khusus mempelajari
konstruksi roda kereta-kereta kesultanan itu.
Kereta-kereta itu menempati bagian tengah ruangan. Bagian pinggir
museum dipenuhi koleksi yang lain. Di antaranya koleksi wayang golek
papak, kursi pengantin, gamelan, meja tulis lengkap dengan perlengkapan
menulis daun lontar dan ijuk aren yang berfungsi sebagai alat menulis,
kotak-kotak termasuk kotak dari Mesir. Di salah satu sudut, bisa dilihat
koleksi senjata, mulai dari aneka pedang lokal dan pedang Eropa, keris,
senjata api, aneka perisai, dan meriam.
Hasil penelusuran sejarah menyebutkan Keraton Kanoman adalah pusat
peradaban Kesultanan Cirebon, yang kemudian terpecah menjadi Keraton
Kanoman, Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, dan Keraton Keprabon.
Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem,
di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal, seminggu setelah Idul
Fitri dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana,
Cirebon Utara.
Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya
dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang
juga dikenal dengan Syarif Hidayatullah. Peninggalan sejarah kejayaan
Islam masa lampau juga bisa ditemui di Tamansari Gua Sunyaragi, yang
menjadi penutup acara berkeliling Kota Cirebon.
Kompleks bangunan yang didirikan pada 1852 di areal seluas 1,5
hektare itu, dulu merupakan tempat peristirahatan dan tempat menyepi
Sultan Kasepuhan dan kerabatnya. Letaknya di Kelurahan Sunyaragi, 5 km
sebelah barat pusat kota.
Banyak yang bisa dilihat, banyak yang bisa dipelajari. Sayang, bahkan
pada hari Minggu pun peninggalan budaya leluhur itu sepi pengunjung
Keraton Kacirebonan.
Seperti halnya Keraton Kesepuhan dan Keraton Kanoman, Keraton
Kecirebonan pun tetap menjaga, melestarikan serta melaksanakan kebiasaan
dan upacara adat seperti Upacara Pajang Jimat dan sebagainya.
SILSILAH SULTAN KERATON KECERIBONAN
1. Pangeran Pasarean
2. Pangeran di Jati Carbon
3. Panembahan Ratu Pangeran di Pati Anom Carbon
4. Pangeran di Pati Anom Carbon
5. Panembahan Girilaya
6. Sultan Moh Badridini Kanoman
7. Sultan Anom Raja Mandurareja Kanoman
8. Sultan Anom Alimudin
9. Sultan Anom Moh Kaerudin
10. Sultan Carbon Kaeribonan
11. Pangeran Raja Madenda
12. Pangeran Raja Denda Wijaya
13. Pangeran Raharja Madenda
14. Pangeran Raja Madenda
15. Pangeran Sidek Arjaningrat
16. Pangeran Harkat Nata Diningrat
17. Pangeran Moh Mulyono Ami Natadiningrat
18. KGPH Abdulgani Nata Diningrat Dekarangga
Gua Sunyaragi Cirebon.
Taman Gua Sunyaragi ini sebenarnya merupakan komplek bangunan kuno
yang apabila dibagi-bagi akan terdapat 12 bangunan inti terdiri dari
satu bangunan tambahan yaitu :
1. Gua Pengawal2. Gua Pande Kemasan
3. Gua Simayang
4. Bangsal Jinem
5. Gua Pawon
6. Mande Beling
7. Gua Lawa
8. Gua Padang Ati
9. Gua Kelanggengan
10. Gua Peteng
11. Bale Kambang
12. Gua Arga Jumut
Taman Wisata Sakral di Kota Cirebon.
Tempat Penyebaran Agama Islam dan Gua Pertapaan
Kereta Kencana Singa Barong milik Sunan Gunung Jati. Kereta hias,
dulunya dipakai sebagai kendaraan Sunan. Ornamen Kereta Kencana penuh
dengan perpaduan budaya, Jawa Kuno, Tiongkok, India, dan Mesir. Kereta
Kencana Singa Barong ini juga menjadi simbol persahabatan.
Dulu, sebuah istana megah bernama Keraton Kasepuhan, kediaman
Raja Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarief Hidayat berdiri kokoh di atas
tanah seluas 185.500 meter persegi. Keraton Kasepuhan yang terletak di
Cirebon, Jawa Barat ini pernah menjadi tempat sakral bagi masyarakat
sekitar. Dari keraton inilah penyebaran agama Islam bermula.
Kini, istana megah itu tak ubahnya seperti rerun- tuhan bebatuan.
Sebagian besar ruangan di Keraton Kasepuhan tidak berbentuk lagi. Hanya
tumpukan batu bata merah dan bebatuan yang ada di keraton ini. Kabarnya,
untuk merenovasi Keraton Kasepuhan dibutuhkan biaya sekitar Rp 50 juta
per bulan.
Sayangnya, biaya renovasi tidak mampu diberikan Pemerintah Kota
(Pemkot) Cirebon. Kepala Unit Pelaksana Teknis Pusat Informasi
Pariwisata, Yatna Supriyatna menuturkan, dana cagar budaya untuk Kota
Cirebon hanya Rp 70 juta per bulan. Dana digunakan untuk semua tempat
bersejarah di Cirebon. Jadi, tidak mungkin bila Rp 50 juta diberikan
khusus untuk renovasi Keraton Kasepuhan saja.
“Keraton Kasepuhan memang tempat bersejarah utama di Kota Cirebon.
Namun, kami belum mampu melakukan renovasi total. Dananya belum cukup,”
ujar Yatna saat ditemui di Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, pada
14 Oktober lalu.
Keraton Kasepuhan, adalah sebuah tempat bersejarah di Kota Cirebon.
Dari Jakarta, kota kecil ini hanya berjarak tiga jam perjalanan dengan
kereta api. Sementara itu, bila menggunakan mobil dari Jakarta-Cirebon
sekitar empat-lima jam. Cirebon juga kaya ragam budaya, karena menjadi
persimpangan lalu lintas niaga. Letak Cirebon persis berada di
perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sedangkan untuk sampai ke Keraton Kasepuhan, dari terminal Harjamukti
membutuhkan waktu 20 menit menggunakan becak. Pilihan lainnya, bisa
menggunakan becak dari stasiun Kejaksaan ke arah selatan selama 30 menit
saja.
Masuk ke wilayah Keraton Kasepuhan, para wisatawan lokal dan
mancanegara harus membayar uang masuk Rp 3.000 per orang. Keraton dibuka
untuk umum mulai pukul 08.00-16.00 WIB. Setiap wisatawan mendapat
seorang pemandu, yang sehari-hari bertugas sebagai abdi dalem keraton.
Keraton yang dikenal paling tua di Cirebon ini, awalnya bukan bernama
Keraton Kasepuhan. Asal usul nama Keraton Kasepuhan terbilang panjang.
Bangunan yang terletak di Kelurahan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk,
dibangun oleh Pangeran Cakrabuwana, yakni putra mahkota Pajajaran.
Keraton berdiri pada abad ke-15 atau tahun 1430. Keraton kemudian
diserahkan kepada putrinya, Ratu Ayu Pakungwati. Mulanya, keraton diberi
nama Keraton Pakungwati atau Dalem Agung Pakungwati.
Pakungwati kemudian menikah dengan sepupunya, Sunan Gunung Jati.
Kehadiran Sunan Gunung Jati ternyata membawa sejarah baru di Jawa Barat.
Nama Keraton Pakungwati berganti menjadi Keraton Kasepuhan. Pergantian
nama dikarenakan sebutan Pakungwati dimuliakan. Sedangkan, nama Keraton
Kasepuhan artinya tempat sepuh atau paling tua di Cirebon.
Kondisi Keraton Kasepuhan sekarang, memang sesuai dengan namanya.
Bangunan tua itu tampak rapuh. Saat masuk ke pelataran Keraton
Kasepuhan, jangan berharap bisa melihat kemewahan atau kemegahan sebuah
istana. Kediaman para raja dan putri ini tak ubahnya seperti bangunan
tua bersejarah, yang hanya menyimpan kenangan saja.
Memasuki pelataran keraton, terdapat podium bernama Siti Inggil yang
berarti tanah tinggi. Siti Inggil dikelilingi tembok bata merah berupa
Candi Bentar. Bentuk dari Siti Inggil memiliki makna spritual. Semisal,
terdapat 20 tiang dalam Siti Inggil yang melambangkan 20 sifat Tuhan.
Dulu, Siti Inggil dipakai oleh Sunan Gunung Jati untuk melihat
pertandingan. Dalam bangunan tersebut, Sunan juga kerap menggelar sidang
bagi warga yang melanggar aturan. Sidang bisa langsung dilihat oleh
seluruh warga Cirebon.
Keraton Kasepuhan memiliki banyak bagian, di antaranya Jinem
Pangrawit tempat Sunan bertemu dengan tamu kehormatannya. Jinem
Pangrawit terbagi dua bagian, yakni ruang tamu untuk para menteri dan
bupati. Ruang tamu di desain unik. Corak budaya Jawa tidak tampak di
ruangan tersebut. Jinem Pangrawit dipenuhi dengan hamparan keramik dan
porselin dari Portugis, Tiongkok, dan Belanda.
Sunan Syekh Syarief, konon sangat mencintai perpaduan budaya
Tiongkok, Portugis, India, dan Jawa. Jadi, semua barang-barang dan
peralatan di Keraton Kasepuhan banyak bersentuhan dengan tiga negara
tersebut. Keramik Tiongkok yang ada di Keraton, adalah hadiah dari
kaisar Tiongkok kepada Sunan. Hadiah diterima saat Sunan menikah dengan
putri kaisar bernama Tan Hong Tien Nio.
Keramik dan porselin dari Tiongkok ada sejak abad ke-15, sementara
keramik dari Belanda baru ada pada abad ke-17. Kecintaan Sunan terhadap
keramik dan porselin memang sangat besar. Terbukti, dinding dan lantai
di ruang Jinem Pangrawit dipenuhi dengan keramik.
Sebuah ruang tamu di Keraton Kasepuhan bernama Jinem Pangrawit. Ruang
tamu dipakai untuk menerima tamu kehormatan, yakni bupati dan para
Menteri.
Pemisahan
Tempat khusus dan sakral itu bernama Patilasan Pangeran Cakrabuwana
Sunan Gunung Jati. Pada pintu masuk patilasan, jelas tertulis Wanita
tidak boleh masuk. Dalam tempat ini, Syekh Syarief dan putra mahkota
menyebarkan ajaran agama Islam kepada semua lelaki yang tinggal di
keraton.
Konon, Patilasan Pangeran Cakrabuwana ini memang tidak boleh
tersentuh oleh kaki perempuan. Apabila ada perempuan yang berani masuk,
maka ia keluar membawa petaka. Bisa-bisa, perempuan tersebut gila atau
hilang kesadaran.
“Dulu sempat seorang pengunjung wanita masuk ke dalam keraton
Patilasan Cakrabuwana. Tidak lama, wanita itu hilang kesadaran. Jadi,
sampai sekarang kami melarang pengunjung wanita masuk ke tempat sakral
tersebut,” ujar abdi dalam keraton Ferry Jamaladdin.
Di bagian kanan Patilasan Cakrabuwana terdapat Patilasan Keraton
Dalem Agung Pakungwati. Tempat tersebut dibangun khusus bagi permaisuri,
dayang-dayang, dan kaum perempuan. Dulunya, keraton Pakungwati ini
sangat asri dan indah. Konon para putri Sunan dan permaisuri memiliki
ruang pemandian yang besar. Permaisuri dan putri bisa menghabiskan waktu
berjam-jam untuk berendam dan mempercantik diri.
Sayangnya, keraton Pakungwati kini tak ubahnya seperti ruang kosong
yang penuh dengan reruntuhan bebatuan. Tidak ada tanda-tanda
pemeliharaan dari pemerintah daerah atas tempat bersejarah ini. Kamar
sang permaisuri dan tempat pemandian pun tinggal puing-puing.
Bila dilihat dari kondisi keraton Kasepuhan, memang tidak jelas
terbaca makna atau nilai sejarahnya. Namun, saat melihat ke dalam tempat
penyimpanan benda-benda bersejarah barulah terasa. Ternyata, Sunan
gemar mengoleksi benda berharga. Di area keraton, terdapat dua museum,
yakni Museum Benda Kuno dan Museum Kereta Kencana Singa Barong.
Museum Benda Kuno, diisi oleh barang-barang pemberian dari kerabat
Sunan. Keris berbagai jenis dan alat debus dari Banten, masih tersimpan
di museum ini. Alat musik gamelan yang dulu dipakai oleh para penghibur
Sunan juga masih tertata rapi.
Berbeda dengan Museum Benda Kuno, Museum Kereta Kencana Singa Barong
diisi dengan benda-benda milik keluarga Sunan. Kereta Kencana Singa
Barong menjadi peninggalan paling berharga di keraton tersebut. Kereta
yang dibuat tahun 1549, oleh cucu Sunan, yakni Pangeran Mas Mohammad
Arifin. Konon kereta tersebut dipakai saat kunjungan resmi.
Ornamen hias pada kereta sangat unik. Terdapat tiga perpaduan budaya
pada kereta, yaitu Tiongkok, India, dan Mesir. Ornamen perpaduan budaya
dapat dilihat dari belalai gajah yang melambangkan negara India, kepala
naga artinya persahabatan dengan Tiongkok, dan badan Buroq yang berarti
bersahabat dengan mesir.
Kereta Kencana Singa Barong, kini hanya boleh dinikmati lewat
pandangan mata saja. Kereta hias resmi pensiun sejak tahun 1942. Kereta
ini hanya boleh dikeluarkan setiap 1 Syawal, untuk dimandikan.
Masih berkaitan dengan Keraton Kasepuhan, terdapat sebuah taman air
nan indah yang terletak di Barat Daya Keraton. Taman air tersebut
bernama Taman Gua Sunyaragi. Taman, berdasarkan manuskrip Purwaka Caruban Nagari,
didirikan oleh Pangeran Kararangan bergelar Arya Caruban, pada 1703.
Konon pembangunan gua diteruskan oleh putra-putra Pangeran Arya, yakni
Pangeran Carbon Martawijaya dan Pangeran Carbon Adiwijaya.
Taman Gua Sunyaragi tak ubahnya seperti gua-gua besar dipenuhi dengan
lorong-lorong sempit. Lorong-lorong, dulunya dipakai sebagai tempat
bertapa atau sekadar mencari ketenangan jiwa. Ditambah lagi, suasana di
taman memang sepi karena jauh dari rumah masyarakat.
Taman Sunyaragi juga menjadi sumber pengairan utama atau irigasi ke
Keraton Kasepuhan. Bahkan, dalam taman Sunyaragi terdapat sebuah lorong
bawah tanah menuju keraton. Dilihat dari gaya, corak, dan motif-motif
ragam rias dari pola-pola bangunan, bisa disimpulkan gaya arsitektur gua
Sunyaragi merupakan perpaduan gaya Indonesia klasik atau Hindu, gaya
Tiongkok kuno, gaya Timur Tengah atau Islam, dan gaya Eropa.
Sayangnya, keindahan Taman Gua Sunyaragi mulai pudar sejak pengelolaan diserahkan kepada pemerintah.
Sejarah Cirebon Part. 1
Mengawali cerita sejarah ini sebagai
Purwadaksina, Purwa Kawitan Daksina Kawekasan, tersebutlah kerajaan
besar di kawasan barat pulau Jawa PAKUAN PAJAJARAN yang Gemah Ripah
Repeh Rapih Loh Jinawi Subur Kang Sarwa Tinandur Murah Kang Sarwa
Tinuku, Kaloka Murah Sandang Pangan Lan Aman Tentrem Kawontenanipun. Dengan Rajanya JAYA DEWATA bergelar SRI BADUGA MAHARAJA PRABU SILIWANGIRaja
Agung, Punjuling Papak, Ugi Sakti Madraguna, Teguh Totosane Bojona
Kulit Mboten Tedas Tapak Paluneng Pande, Dihormati, disanjung Puja
rakyatnya dan disegani oleh lawan-lawannya.
Raja Jaya Dewata menikah dengan Nyai Subang Larang
dikarunia 2 (dua) orang putra dan seorang putri, Pangeran Walangsungsang
yang lahir pertama tahun 1423 Masehi, kedua Nyai Lara Santang lahir
tahun 1426 Masehi. Sedangkan Putra yang ketiga Raja Sengara lahir tahun
1428 Masehi. Pada tahun 1442 Masehi Pangeran Walangsungsang menikah
dengan Nyai Endang Geulis Putri Ki Gedheng Danu Warsih dari Pertapaan
Gunung Mara Api.
Mereka singgah di beberapa petapaan antara lain petapaan Ciangkup di desa Panongan (Sedong), Petapaan Gunung Kumbang di daerah Tegal dan Petapaan Gunung Cangak di desa Mundu
Mesigit, yang terakhir sampe ke Gunung Amparan Jati dan disanalah
bertemu dengan Syekh Datuk Kahfi yang berasal dari kerajaan Parsi. Ia
adalah seorang Guru Agama Islam yang luhur ilmu dan budi pekertinya.
Pangeran Walangsungsang beserta adiknya Nyai Lara Santang dan istrinya
Nyai Endang Geulis berguru Agama Islam kepada Syekh Nur Jati dan menetap
bersama Ki Gedheng Danusela adik Ki Gedheng Danuwarsih. Oleh Syekh Nur
Jati, Pangeran Walangsungsang diberi nama Somadullah dan diminta untuk
membuka hutan di pinggir Pantai Sebelah Tenggara Gunung Jati
(Lemahwungkuk sekarang). Maka sejak itu berdirilah Dukuh Tegal
Alang-Alang yang kemudian diberi nama Desa Caruban (Campuran) yang
semakin lama menjadi ramai dikunjungi dan dihuni oleh berbagai suku
bangsa untuk berdagang, bertani dan mencari ikan di laut.
Danusela (Ki Gedheng Alang-Alang) oleh masyarakat
dipilih sebagai Kuwu yang pertama dan setelah meninggal pada tahun 1447
Masehi digantikan oleh Pangeran Walangsungsang sebagai Kuwu Carbon yang
kedua bergelar Pangeran Cakrabuana. Atas petunjuk Syekh Nur Jati,
Pangeran Walangsungsang dan Nyai Lara Santang menunaikan ibadah haji ke
Tanah Suci Mekah.
Pangeran Walangsungsang mendapat gelar Haji Abdullah
Iman dan adiknya Nyai Lara Santang mendapat gelar Hajah Sarifah Mudaim,
kemudian menikah dengan seorang Raja Mesir bernama Syarif Abullah. Dari
hasil perkawinannya dikaruniai 2 (dua) orang putra, yaitu Syarif
Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Sekembalinya dari Mekah, Pangeran
Cakrabuana mendirikan Tajug dan Rumah Besar yang diberi nama Jelagrahan,
yang kemudian dikembangkan menjadi Keraton Pakungwati (Keraton
Kasepuhan sekarang) sebagai tempat kediaman bersama Putri Kinasih Nyai
Pakungwati. Stelah Kakek Pangeran Cakrabuana Jumajan Jati Wafat, maka
Keratuan di Singapura tidak dilanjutkan (Singapura terletak +
14 Km sebelah Utara Pesarean Sunan Gunung Jati) tetapi harta
peninggalannya digunakan untuk bangunan Keraton Pakungwati dan juga
membentuk prajurit dengan nama Dalem Agung Nyi Mas Pakungwati. Prabu
Siliwangi melalui utusannya, Tumenggung Jagabaya dan Raja Sengara (adik
Pangeran Walangsungsang), mengakat Pangeran Carkrabuana menjadi
Tumenggung dengan Gelar Sri Mangana.
Pada Tahun 1470 Masehi Syarif Hiyatullah setelah
berguru di Mekah, Bagdad, Campa dan Samudra Pasai, datang ke Pulau Jawa,
mula-mula tiba di Banten kemudian Jawa Timur dan mendapat kesempatan
untuk bermusyawarah dengan para wali yang dipimpin oleh Sunan Ampel.
Musyawarah tersebut menghasilkansuatu lembaga yang bergerak dalam
penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa dengan nama Wali Sanga.
Sebagai anggota dari lembaga tersebut, Syarif
Hidayatullah datang ke Carbon untuk menemui Uwaknya, Tumenggung Sri
Mangana (Pangeran Walangsungsang) untuk mengajarkan Agama Islam di
daerah Carbon dan sekitarnya, maka didirikanlah sebuah padepokan yang
disebut pekikiran (di Gunung Sembung sekarang)
Setelah Suna Ampel wafat tahun 1478 Masehi, maka
dalam musyawarah Wali Sanga di Tuban, Syarif Hidayatullah ditunjuk untuk
menggantikan pimpinan Wali Sanga. Akhirnya pusat kegiatan Wali Sanga
dipindahkan dari Tuban ke Gunung Sembung di Carbon yang kemudian disebut
puser bumi sebagai pusat kegiatan keagamaan, sedangkan sebagai pusat
pemerintahan Kesulatan Cirebon berkedudukan di Keraton Pakungwati dengan
sebutan GERAGE. Pada Tahun 1479 Masehi, Syarif Hidayatullah yang lebih
kondang dengan sebutan Pangeran Sunan Gunung Jati menikah dengan Nyi Mas
Pakungwati Putri Pangeran Cakrabuana dari Nyai Mas Endang Geulis. Sejak
saat itu Pangeran Syarif Hidayatullah dinobatkan sebagai Sultan Carbon I
dan menetap di Keraton Pakungwati.
Sebagaimana lazimnya yang selalu dilakukan oleh
Pangeran Cakrabuana mengirim upeti ke Pakuan Pajajaran, maka pada tahun
1482 Masehi setelah Syarif Hidayatullah diangkat menajdi Sulatan Carbon
membuat maklumat kepada Raja Pakuan Pajajaran PRABU SILIWANGI
untuk tidak mengirim upeti lagi karena Kesultanan Cirebon sudah menjadi
Negara yang Merdeka. Selain hal tersebut Pangeran Syarif Hidayatullah
melalui lembaga Wali Sanga rela berulangkali memohon Raja Pajajaran
untuk berkenan memeluk Agama Islam tetapi tidak berhasil. Itulah
penyebab yang utama mengapa Pangeran Syarif Hidayatullah menyatakan
Cirebon sebagai Negara Merdeka lepas dari kekuasaan Pakuan Pajajaran.
Peristiwa merdekanya Cirebon keluar dari kekuasaan Pajajaran tersebut, dicatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, bertepatan dengan 12 Shafar 887 Hijiriah atau 2 April 1482 Masehi yang sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Cirebon
Langganan:
Postingan (Atom)